sebelum janur kuning melengkung masih ada harapan" Ketika itu lawan kata dihari kemudian Apakah itu pucuk pengharapan.? Jgn sekali kau renggas segala pengharapan kau patahkan. Diposting oleh Unknown di 09.14 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis!
OriginalPosted By potatoenak sebelum janur kuning melengkung kejar terus gan. udah nyiapin pertamax nih buat ngejar do'i 17-12-2013 01:03 . 0. Kutip Balas. rontar . 17-12-2013 01:05 Original Posted By BiroJasaKaskus Ingat Kata Jodoh tidak akan kemana. kata-kata nya dikit tapi mak jlebbbb 17-12-2013 01:13 . 0. Kutip Balas. TS anakkuro . 17
Janurkuning? Kalian tahu kenapa janur kuning menjadi simbol pasangan dinyatakan sudah menikah? Dih aku pun enggak tahu, juga enggak tahu kenapa harus janur kuning. Padahal kan bisa saja janur merah muda gitu. Toh merah muda kan lambang seseorang yang sedang jatuh cinta. Tapi jika kalian tahu, bisa share dong latarbelakangnya kenapa janur kuning.
WALIKota Bandung Ridwan Kamil tidak menduga masifnya dukungan kepada dirinya untuk maju dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Pilgub Jabar) 2018.
Vay Nhanh Fast Money. Udah kalik. Sikat aja, sih. Selama janur kuning masih belum melengkung mah, semua kemungkinan masih bisa terjadi’ Pernah belum sih kalian mendengar ucapan-ucapan semacam itu dari mulut orang-orang terdekat, tepat ketika kita sedang mencoba untuk memperhatikan atau bertanya perihal seseorang yang menarik perhatian? Errr… Satu kata awalan karena saya menulis ini pukul sebelas malam KAMPRET ANJER! Satu kata setelah awalan karena pasti saya akan membacanya saat berpuasa Astaghfirullah. Hm. Entah kenapa, akhir-akhir ini saya justru sering banget mendengar kalimat semacam itu dari teman-teman saya sendiri. Momen yang terbentuk pun hampir sama, seperti misal ketika saya sedang membidik seorang perempuan yang kelak akan saya usahakan. Pada sesi itu, biasanya saya akan bertanya kepada teman yang mungkin mengenalnya, untuk sekedar tau latar belakang dan bagaimana statusnya. Hal yang paling sering saya dapatkan adalah bahwa si perempuan yang saya bidik ini ternyata sudah memiliki pacar atau sekedar gebetan, yang mana membuat saya memutuskan untuk balik kanan dan yaudah sajalah ya. Nah, saat momen-momen seperti ini nih biasanya teman-teman saya akan berkata persis seperti kalimat yang saya kutip di atas. Hmm, gimana ya? Sebenernya saya sangat paham sih, maksud dari teman-teman saya itu mungkin hanya mencoba memberi dorongan semangat untuk saya agar terus mengejar si perempuan, tanpa peduli apakah si perempuan sudah punya pacar atau belum. Tapi bagi saya yang sudah menginjak angka 24th dan memiliki muka 89th begini, kayaknya kok kurang pantes gimana gitu ya? Saya bukan tipikal orang yang baik-baik banget ya. Pun saya juga tipikal orang yang jahatnya parah nggak karuan. Tapi, saya lebih ke tipikal orang yang sedikit mau untuk menghargai dan bersikap sadar diri saja atas apa yang terjadi. Jika disini masih ada yang ingat perihal kisah cinta dari Salmadena, saya mungkin merupakan salah satu orang yang sedikit berkomentar sinis atas apa yang terjadi dalam hubungan mereka. Seolah ada tiga sisi penilaian yang saya utarakan. Pertama, kenapa anak Amien Rais kala itu bisa-bisanya mendekati Salmadena yang pada saat yang sama sudah memiliki pacar? Kedua, kenapa Salmadena mau merespon dan akhirnya lebih memilih untuk bersama si anak Amien Rais? Ketiga, bagaimana perasaan pacar lama Salmadena kala itu? Semua tentu memiliki alasan atas agenda-agenda apa yang terjadi sebenarnya. Semua pasti juga sudah dijabarkan dalam berbagai berita atau cerita, yang berlatar belakang dari sisi si Salmadena, Anak Amien Rais, atau si Mantan Salmadena. Ya, yasudah ya? Toh, pada akhirnya, ketiga pihak tersebut sudah bahagia juga sekarang. Setelah muncul pemberitaan perihal kisah cinta Salmadena itu, kemudian asumsi-asumsi tentang Selama janur kuning belum melengkung, semua masih bisa terjadi’ itu pun kian mencuat. Orang-orang kian tidak ragu untuk mendekati seseorang yang sudah memiliki pasangan, karena baginya, dia pun memiliki hak yang sama untuk mendapat kesempatan memiliki. Dasarnya sekali lagi hanya satu Selama janur kuning belum melengkung, semua hal masih terjadi. Baik. Semua sah-sah saja. Tapi sayangnya, saya bukan tipikal orang yang seperti itu. Menurut pendapat saya pribadi, selama janur kuning belum melengkung, semua hal memang bisa saja terjadi. Tapi bukan berarti saya punya hak untuk masuk dalam hubungan seseorang, membuat kekacauan di dalam hubungannya, lalu mengambil hati si perempuan dengan muka bangga dong? Eng, saya jelas sangat tidak bisa bertindak semacam itu. Alasannya, kan manusia-manusia yang bisa merebut hati pacar orang itu hanyalah mereka yang berduit dan bermuka tampan saja ya, anjer. Saya mah apaan, lebih mirip seperti sayur kangkung yang belum masak. Bangkai memang. Dalam perjalanan saya menuju angka 24 seperti sekarang ini, saya sudah mengalami banyak hal di dunia percintaan. Saya pernah diduakan, saya pernah ditinggalkan hanya untuk orang ketiga, saya pernah ditikung, saya pernah hampir menikung, saya pernah diabaikan hanya karena ada lelaki lain yang masuk, dan lain sebagainya, dan lain sebagainya. Lantas, semua kisah itu memberikan banyak pelajaran bagi saya perihal bagaimana menuju hubungan percintaan yang benar. Meskipun, ya kadang ada juga yang enggak benarnya. Alhasil, setiap kali ada teman yang tau kalau saya sedang mengincar seseorang yang ternyata sudah punya pacar atau gebetan, kemudian dia menyuruh saya untuk gas terus tanpa peduli masalah pacar atau gebetannya… dipikiran saya yang pertama terbesit adalah Saya nggak pernah bisa ngebayangin gimana rasanya jadi cowoknya sih, kalau tau perempuannya direbut begitu saja’ Setelah itu, pikiran-pikiran saya yang lain pun ikut menyeruak. Nggak mungkin, bangkek, si cewek mau ninggalin cowoknya hanya demi saya’ Sudahlah Feb, mundur saja. Kamu nggak ada apa-apanya dibanding si cowoknya’ Kebanting, Feb. Kebanting. Sebelum kamu sempat menikung, kamu sudah diabaikan mentah-mentah’ MUNDUR ANJER, FEBRI JELEK’ Yha, baiklah. Itu sangat nyata. Saya sangat menyadari bagaimana posisi saya ya. Maka dari itu, setiap kali ada teman-teman saya yang berbicara seenak jidat dengan kalimat Alah, Feb. Janur kuning belum melengkung kalik. Hajar saja. Semua hal masih bisa terjadi.’ Saya hanya bisa tertawa sendiri. Beberapa orang mungkin bisa mendapatkan perempuannya dengan keyakinan yang seperti itu. Tapi, itu bukan saya. Jelas itu bukan saya. Saya memang sangat mengerti bahwa jika janur kuning belum melengkung, semua hal pasti masih bisa terjadi. Tapi, saya hanya akan menunggu momen itu terjadi. Momen dimana akhirnya si perempuan dengan lelakinya secara instan putus di tengah jalan, bukan karena kehadiran saya yang merusak. Si lelaki yang dengan egonya memilih untuk berjalan sendiri. Si perempuan dengan rasa sedih yang hanya bisa menangis dalam sepi. Saat itulah saya mulai berani untuk mencoba mendekat perlahan. Mencoba menemani atas apa-apa yang terjadi. Mencoba memberi ruang untuk sekedar mengusir sepi. Mencoba menjadi teman untuk merundung sunyi. Bagi saya, itu salah satu cara yang tepat dalam mengartikan istilah Selama janur belum melengkung, semua masih bisa terjadi. Jika cara yang saya terapkan hanya indah di awal dan gagal di tengah jalan, ya sepertinya dunia masih belum berakhir dan masih ada banyak perempuan di luar sana yang sendiri. Namun jika pada kenyataannya saya masih tetap saja gagal… Ya yasudah. Wajar sajalah ya. Sepertinya di luar sana memang masih ada banyak perempuan yang sendiri… yang juga tidak ingin ke saya. Bahagia saja. Hahak. Terimakasih.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Janur seringkali kita temui dalam tradisi kehidupan masyarakat Nusantara. Pernah mendengar ungkapan atau peribahasa "sebelum janur kuning melengkung"?. Ungkapan ini sebenarnya berasal dari hiasan janur kuning yang melengkung biasanya dipasang menyerupai pintu masuk saat acara pernikahan. Atau janur kuning melengkung yang dibuat menjadi kembar mayang, umbul umbul penjor yang dipasang sebagai tanda adanya soal tradisi pernikahan, pernahkah kamu berpikir kenapa janur seringkali dijumpai pada tradisi dan adat Jawa khususnya pernikahan?. Jika kamu tinggal di daerah Jawa, Bali, atau Sunda, tentu tidak asing lagi dengan istilah janur kuning. Pelepah daun muda berwarna kuning keputihan ini berasal dari daun muda pohon kelapa yang tumbuh subur di Indonesia. Janur telah jamak dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai hal dan fungsi. Mulai dari keperluan kuliner seperti pembuatan bungkus ketupat, ritual tradisi, keagamaan, hingga elemen estetika dekoratif. Baca juga Sebelum Janur Kuning MelengkungJanur dari bahasa Jawa Daun Kelapa MudaIlustrasi Daun Kelapa/ Janur adalah daun muda dari beberapa jenis tanaman palma besar terutama kelapa, enau dan rumbia. Janur akrab dalam kehidupan masyarakat Nusantara sering dipakai sebagai alat kehidupan kata 'janur' berasal dari bahasa Jawa yang mengambil unsur serapan bahasa Arab, yakni "sejatining nur" yang berarti sejatinya cahaya, cahaya illahi, cahaya sejati, penerang yang bermakna mencapai tujuan yaitu menggapai cahaya Ilahi. Sementara kata 'kuning' maknanya adalah sabda dadi, yang artinya berharap semua keinginan dan harapan dari hati atau jiwa yang bersih dan tulus akan terwujud. Dengan demikian, janur kuning mengisyaratkan harapan yang mulia untuk selalu mendapatkan ridho Ilahi. Harapan yang baik ini dimanifestasikan dengan pelaksanaan hajatan dengan tata-cara yang baik pula. Di sinilah esensi sesungguhnya yang ada pada janur kuning yang dipahami oleh masyarakat suku Bali, Jawa, dan Sunda biasa memanfaatkan janur untuk dianyam. Teknik merangkai janur mencapai puncak estetika di Bali dan di Jawa. Bisa dilihat pada upacara-upacara keagamaan serta perkawinan. Baca juga Mengenang Pak Harto lewat Film "Janur Kuning" 1 2 3 Lihat Sosbud Selengkapnya
Ilustrasi Arti Janur Kuning Melengkung Menurut Filosofi Adat Jawa Sumber Indonesia biasanya mengenal kalimat "Tenang aja selama janur kuning belum melengkung," ungkapan tersebut adalah peribahasa ditujukan kepada remaja yang sedang kasmaran, mengharapkan dapat menjadi jodoh dari seseorang yang sedang Jawa sendiri memang memiliki kepercayaan khusus terhadap sejumlah kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang. Janur kuning merupakan salah satu warisan budaya atau adat-istiadat yang sampai saat ini masih dipercaya sejumlah masyarakat yang akan menggelar pernikahan. Arti janur kuning pun sarat akan makna sebuah simbol Janur Kuning MelengkungIni dia arti janur melengkung dalam filosofi budaya adat jawa, ternyata bukan sekadar buku Tanaman Kultural dalam Perspektik Adat Jawa dalam Aspek Kajian Filosofi karya Purnomo 632013, secara linguistik kata janur kuning berasal dari kata jan yang diartikan jannah. Jannah adalah kata Bahasa Arab yang berarti surga, nur artinya cahaya dan ning berarti wening artinya janur kuning di sini dimaksudkan untuk mengingatkan kedua calon pengantin kepada Maha Suci yang memiliki surga. Kemudian janur kuning juga dapat diartikan bahwa manusia dalam menggapai tujuan yang suci harus diniatkan karena Allah upacara pernikahan, janur kuning juga dijadikan simbol harapan akan diberi rumah tangga yang indah. Namun begitu, janur kuning ini pun memiliki tata cara khusus saat ingin menjadikannya sebagai hiasan saat ada upacara pernikahan. Tata caranya ialah, tidak boleh digunting jadi cukup disuwir-suwir. Hal ini sebagai simbol agar pernikahan yang akan dijalani meskipun nanti akan ditimpa sejumlah persoalan sampai perasaannya seperti disuwir-suwir, pasangan suami istri harus tetap tabah menjalani kehidupan rumah dapat disimpulkan, arti janur kuning melengkung adalah seseorang telah memutuskan dirinya untuk berumah tangga atau bersama dalam hubungan yang diberkahi oleh Tuhan dalam sebuah ikatan kasih sayang yang arti janur kuning belum melengkung yang merupakan salah satu peribahasa Indonesia berarti, apapun masih bisa terjadi atau sebelum janur kuning melengkung alias dipercaya masih boleh menikung. Hal ini dapat disimpulkan, selama orang yang kita sayangi belum menikah, artinya masih ada kesempatan untuk mendapatkannya. Peribahasa ini memang mempunyai makna percintaan yang Arti Janur Kuning Melengkung Menurut Filosofi Adat Jawa Sumber kuning belum melengkung merupakan sebuah arti kalimat motivasi, dalam rangka memperjuangkan pujaan hati agar diharapkan dapat menjadi kekasih yang saling mencintai. Selama janur kuning belum melengkung, artinya masih ada harapan untuk ini, makna janur kuning belum melengkung juga tak selalu bermakna dalam konteks hubungan berkasih kepada orang yang disukai. Makna janur kuning belum melengkung juga makin luas khususnya dalam hal kerjasama bisnis atau politik. Misalnya dalam hal ini, ada sebuah partai yang ingin mengusung suatu kandidat untuk bergabung bersama partainya, maka biasanya politisi kerap menyebutkan "selama janur kuning belum melengkung". Hal ini biasanya terjadi saat seorang kandidat belum menentukan keputusan akan membangun karir politik dengan partai Arti Janur Kuning Melengkung Menurut Filosofi Adat Jawa Sumber arti janur kuning melengkung menurut filosofi adat jawa. Semoga dapat memperluas perbendaharaan makna kata-kata bagi kita. ANG
kata kata sebelum janur kuning melengkung